Cerpen Terbaru: Aku Mengingatnya Lewat Luka, Ia Mengingatku Lewat Dosa

Aku Mengingatnya Lewat Luka, Ia Mengingatku Lewat Dosa

Kabut violet menyelimuti Danau Bulan, persis seperti saat pertama kali aku membuka mata di dunia ini. Aroma bunga lingzhi memenuhi udara, mengingatkanku pada taman rahasia di Paviliun Giok... tempat dimana dia berjanji akan setia.

Namaku sekarang Lin Yue, bukan lagi Putri Xian Hua dari Dinasti Han yang hancur. Namun, setiap goresan kuas kaligrafiku, setiap melodi seruling bambu yang ku mainkan, terasa familiar, seperti gema dari kehidupan yang hilang.

Luka di punggung tanganku, tanda lahir berbentuk bunga prem merah, terasa berdenyut nyeri setiap kali aku melihatnya. Li Wei, Kaisar yang kini berkuasa. Matanya masih sama, dingin dan penuh perhitungan, tapi ada sesuatu yang berbeda. Ada bayangan ketakutan di sana, bayangan yang aku kenali sebagai DOSA.

Aku tahu. Aku tahu bahwa dia adalah orang yang memerintahkan pembantaian keluargaku, orang yang menikamku dari belakang tepat di bawah pohon prem yang sedang mekar penuh. Dia merebut takhtaku, merebut segalanya.

Ia mengingatku, aku bisa merasakannya. Setiap kali tatapannya bertemu denganku di antara kerumunan istana, ada kilatan pengakuan di matanya. Bukan pengakuan cinta, tapi pengakuan bersalah. Ia melihat hantu Putri Xian Hua dalam diriku, seorang gadis desa yang tiba-tiba diangkat menjadi selirnya.

Balas dendamku tidak akan berdarah. Aku takkan menumpahkan setetes pun darah. Aku hanya perlu memutuskan.

Ia mencintaiku, Lin Yue. Ia berusaha membuktikan cintanya dengan menghadiahiku perhiasan, kain sutra, dan kekuasaan. Ia tidak tahu bahwa setiap pemberiannya adalah rantai yang mengikatnya pada masa lalu, pada dosa yang tak terampuni.

Suatu malam, di bawah taburan bintang yang sama seperti malam pembantaian, ia memintaku menjadi Permaisurinya. Aku tersenyum, senyum yang tidak pernah mencapai mataku.

"Yang Mulia," bisikku, pura-pura malu. "Aku hanyalah seorang gadis desa. Aku tidak pantas mendampingi seorang Kaisar."

Aku menolak. Penolakan yang menghancurkannya. Penolakan yang membuatnya kehilangan kepercayaan para menterinya. Penolakan yang merenggut legitimasi kekuasaannya. Penolakan yang mengembalikannya pada bayang-bayang masa lalu.

Aku akan menikah dengan Jenderal An, pahlawan perang yang setia pada rakyat, bukan pada takhta. Bersamanya, aku akan membangun negeri yang adil, negeri yang layak untuk Putri Xian Hua yang telah tiada.

Saat aku berjalan menjauh, aku menoleh untuk terakhir kalinya. Mata Li Wei penuh dengan keputusasaan.

Mungkin, seribu tahun lagi, kita akan bertemu lagi di bawah pohon prem yang mekar, dan saat itu, cinta kita akan terbebas dari dosa dan luka.

You Might Also Like: 7 Fakta Mimpi Digigit Tupai Simak

OlderNewest

Post a Comment