Drama Baru! Aku Menatap Langit Merah, Tapi Yang Kulihat Hanya Darah Dan Doa

Senja Berlumur Darah

Langit merah senja merobek cakrawala, serupa luka menganga. Dulu, di bawah langit yang sama, Lan dan Zhi berjanji untuk bersama selamanya. Kini, yang dilihat Lan hanya darah dan doa yang menggantung sia-sia di antara reruntuhan janji.

Hujan menggigil mencambuk wajahnya, setiap tetes terasa seperti jarum yang menusuk kalbunya. Lima tahun berlalu sejak Zhi, dengan mata setajam belati, menikam hatinya dengan pengkhianatan. Lima tahun Lan hidup dalam bayangan patah, mencoba merangkai kembali serpihan jiwa yang berserakan.

Di kedai teh tua, aroma melati yang getir memenuhi ruangan. Lan menatap cangkir porselen di tangannya, permukaannya memantulkan wajahnya yang lesu. Di seberangnya, Zhi duduk dengan angkuh, aura kekuasaan terpancar dari setiap gerakannya. Dia telah menjadi seorang jenderal besar, pahlawan di mata banyak orang. Tapi bagi Lan, dia tetaplah pengkhianat.

"Kau terlihat lelah, Lan," ujar Zhi, suaranya rendah dan berat.

Lan mendongak, tatapannya dingin sedingin es. "Kau yang membuatku seperti ini, Zhi."

Lentera di sudut kedai berkedip-kedip, cahayanya nyaris padam. Seperti harapan Lan, yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Ia ingat malam itu, malam ketika Zhi memilih kehormatan dan kekuasaan daripada cintanya. Malam ketika semua berubah.

"Aku melakukan apa yang harus kulakukan," balas Zhi, rahangnya mengeras.

"Benarkah? Atau kau melakukan apa yang kau inginkan?" Lan mencondongkan tubuh ke depan, matanya menyipit. "Selama ini, kau pikir aku hanya diam dan menerima takdir? Kau salah besar."

Zhi terdiam, ada kilatan ketidakpastian di matanya. Ia tahu Lan tidak pernah menjadi wanita yang lemah. Tapi ia tidak menyangka...

"Kau pikir aku hidup dalam kesengsaraan? Kau pikir aku hancur?" Lan tertawa pelan, suara tawanya terdengar aneh dan menakutkan. "Selama ini, aku mengumpulkan kekuatan, Zhi. Kekuatan untuk membuatmu merasakan apa yang kurasakan."

Di balik senyumnya yang dingin, tersembunyi rencana yang rumit dan kejam. Rencana yang telah ia susun selama bertahun-tahun, dengan setiap detail dipikirkan matang-matang. Rencana yang akan menghancurkan Zhi, bukan secara fisik, melainkan secara emosional, sampai ke inti jiwanya.

Lan mengangkat cangkir tehnya. "Minumlah, Zhi. Ini teh yang sangat spesial. Teh yang akan membawamu kembali ke masa lalu, masa lalu yang akan menghantuimu selamanya."

Zhi menatap cangkir itu dengan curiga. "Apa yang kau lakukan, Lan?"

Lan tersenyum. "Kau akan tahu, Zhi. Kau akan tahu."

Ia menyesap tehnya, perlahan dan nikmat, seolah menikmati setiap detik sebelum badai tiba. Lalu, ia berbisik, hampir tidak terdengar, "Aku tidak hanya menatap langit merah, Zhi… tapi aku yang menciptakannya."

Dan saat Zhi meneguk tehnya, Lan tahu... racun itu bukan hanya ada di cangkir, tapi juga di dalam rahasia yang selama ini ia simpan rapat: bahwa anak yang selama ini dibanggakan Zhi sebagai penerusnya, bukanlah darah dagingnya, melainkan anak dari musuh bebuyutannya.

You Might Also Like: Jualan Kosmetik Bisnis Tanpa Stok

OlderNewest

Post a Comment