SERU! Bayangan Yang Membawa Racun

Bayangan yang Membawa Racun

Dulu, dia dikenal sebagai Mei Lan, bunga plum yang mekar di tengah istana yang dingin. Kecantikannya memikat, senyumnya menenangkan, dan hatinya… terlalu mudah percaya. Kaisar, yang kala itu masih seorang pangeran yang haus kekuasaan, menjanjikan bintang dan bulan padanya. Cinta yang diikrarkan, ternyata hanyalah tangga baginya menuju takhta. Mei Lan, yang dengan polosnya membantu sang pangeran menyingkirkan rival-rivalnya, dibuang bagai sampah saat kekuasaan sudah di genggamannya. Dituduh berkhianat, keluarganya dibantai di depan matanya. Dia, satu-satunya yang selamat, hanya karena dianggap tidak lagi berguna.

Delapan tahun berlalu. Mei Lan yang dulu lenyap, digantikan oleh Bai Lian, teratai putih yang tumbuh di rawa-rawa kepahitan. Wajahnya masih memancarkan kecantikan, namun matanya menyimpan badai yang tak terucapkan. Kelembutannya kini dilapisi baja, lukanya diasah menjadi senjata. Dia kembali ke istana, bukan sebagai korban, melainkan sebagai bayangan, bergerak dalam kegelapan, mengumpulkan informasi, menenun jaring balas dendam dengan kesabaran seorang pencinta teh yang menunggu daunnya mengeluarkan aroma terbaik.

Setiap langkah Bai Lian adalah tarian mematikan. Dia tidak berteriak, tidak mengamuk. Dia mendekati Kaisar yang dulu mencintainya dengan senyum yang sama, menawarkan bantuan yang sama. Namun, kali ini, setiap kata, setiap saran, setiap tindakan Bai Lian mengandung racun yang tak terlihat. Dia memanfaatkan ambisi dan ketakutan Kaisar, membisikkan keraguan ke telinganya, memanipulasi orang-orang di sekitarnya menjadi pion-pion dalam permainannya.

Kaisar, yang dibutakan oleh kekuasaan dan paranoia, tidak menyadari bahwa dia sedang menari di atas jurang yang digali oleh wanita yang pernah ia hancurkan. Setiap hari, kekuasaannya terkikis, kepercayaannya runtuh, dan kesunyian menjalar ke dalam hatinya. Bai Lian menyaksikan kehancuran Kaisar dengan ketenangan seorang dewi, tidak ada amarah, hanya keadilan yang dingin.

Ketika Kaisar akhirnya terjatuh, bukan oleh pedang atau pemberontakan, melainkan oleh beratnya kekuasaan yang ia khianati, Bai Lian berdiri di atas reruntuhannya. Tidak ada kemenangan yang ia raih dengan berteriak. Tidak ada air mata yang menetes.

Di tengah istana yang senyap, dikelilingi oleh orang-orang yang dulu mengagumi dan kini ketakutan padanya, Bai Lian tersenyum. Senyum yang dulu begitu tulus, kini menyimpan rahasia yang tak terpecahkan. Dia membalikkan badan, meninggalkan istana yang pernah merenggut segalanya darinya.

Dan kini, setelah semua yang telah terjadi, dia menyadari bahwa kekuatan sejatinya bukanlah menghancurkan, tetapi... KEBANGKITAN!

You Might Also Like: 7 Fakta Interpretasi Mimpi Diserang

Post a Comment