Episode 1: Bayangan di Balik Tabir Sutra
Lorong istana bagai urat nadi yang membeku. Sunyi mencengkeram, hanya derap kaki halus yang memecah keheningan. Di ujung lorong, berdiri seorang wanita. Gaun sutra putihnya memudar dalam remang cahaya lentera, wajahnya tersembunyi di balik tabir. Dia adalah Mei Lan, atau begitulah dia dulu dikenal. Kini, ia hanya menyebut dirinya Bayan.
Lima belas tahun lalu, Mei Lan mati. Jatuh ke jurang dari tebing Seribu Bintang, setelah pengkhianatan cinta Pangeran Li Wei. Tubuhnya tak pernah ditemukan, hanya kain sutra merah yang tersangkut di ranting, saksi bisu sebuah tragedi.
Namun, Bayan kembali.
"Pangeran Li Wei," bisiknya, suaranya selembut angin musim gugur, "Apakah kau masih mengingat janji di bawah pohon persik?"
Pangeran Li Wei, kini Kaisar, menoleh. Raut wajahnya menunjukkan keterkejutan yang disembunyikan dengan baik. "Siapa kau? Suaramu... mengingatkanku pada seseorang dari masa lalu."
Bayan melangkah maju. Tabir sutra terangkat perlahan, mengungkap wajah yang dulu cantik, kini dipenuhi kerutan halus dan mata yang menyimpan lautan dendam.
"Masa lalu yang kau kubur, Yang Mulia. Masa lalu yang KAU ciptakan."
Episode 2: Kabut di Puncak Seribu Bintang
Kabut menggantung tebal di puncak Seribu Bintang, menyelimuti tebing tempat Mei Lan "mati". Bayan membawa Pangeran Li Wei ke sana. Angin menderu, membawa aroma tanah dan kematian.
"Di sinilah, bukan? Tempat kau mendorongku ke jurang," kata Bayan, matanya menatap lurus ke mata sang Kaisar.
Li Wei terdiam. Lalu, dengan suara berat, ia menjawab, "Aku melakukannya demi kerajaan, Mei Lan. Kau adalah ancaman."
"Ancaman? Seorang wanita yang mencintaimu adalah ancaman?" Bayan tertawa, tawa tanpa kehangatan, hanya pahit dan dingin. "Atau, aku terlalu tahu?"
"Tahu apa?"
Bayan mendekat, bibirnya nyaris menyentuh telinga Li Wei. "Rahasia tentang tahta yang kau rebut dengan darah dan pengkhianatan. Rahasia tentang perjanjian dengan suku serigala hitam di utara. Rahasia... tentang dirimu yang sebenarnya."
Li Wei mundur selangkah, raut wajahnya berubah pucat. "Omong kosong!"
"Benarkah? Lalu, bagaimana aku bisa tahu bahwa pedang pusaka kerajaan yang seharusnya ada di makam kaisar terdahulu, justru tersembunyi di bawah tempat tidurmu?" Bayan tersenyum sinis. "Kau pikir aku mati, Pangeran. Kau salah. Aku hanya bersembunyi. Merajut benang takdir, menunggu saat yang tepat untuk membalas cinta yang membunuhku."
Episode 3: Kebenaran yang Membekukan Darah
"Kau..." Li Wei tergagap, "Kau merencanakan semua ini?"
Bayan mengangguk. "Sejak aku terjatuh ke jurang. Aku diselamatkan oleh Wanita Pertapa, diajari ilmu bela diri dan strategi. Aku menunggu. Melihatmu berkuasa. Membiarkanmu tenggelam dalam kebohonganmu sendiri."
"Tapi, kenapa?" tanya Li Wei, suaranya nyaris tak terdengar.
Bayan meraih tangannya dan meletakkannya di dadanya. "Karena... di sini, hanya ada kebencian. Kebencian yang kau tanam sendiri."
Saat itulah, tentara muncul dari balik kabut. Mereka semua setia pada Bayan. Li Wei dikepung.
"Kau pikir aku korban, Pangeran? Kau salah. Aku adalah arsitek dari kehancuranmu. Akulah dalang di balik pemberontakan ini. Aku adalah... HANTU masa lalumu yang kembali untuk menagih janji darah."
Bayan membalikkan badan, meninggalkan Li Wei yang terpaku di tepi jurang.
"Dan sekarang, Yang Mulia… kau akan tahu bagaimana rasanya jatuh. Jatuh ke dalam jurang yang tak berdasar."
Pada akhirnya, cinta bukanlah alasan. Dendamlah yang menjadi bahan bakarnya. Dan Mei Lan, yang dianggap korban, adalah satu-satunya dalang di balik semua ini. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah dia benar-benar membalas dendam, atau hanya menciptakan neraka baru bagi dirinya sendiri?
You Might Also Like: Ultimate Frisbee Layout Logo Ucla
Post a Comment