Ini Baru Drama! Kau Datang Di Musim Gugur, Tapi Meninggalkan Musim Dingin Di Hatiku

Daun-daun maple merah berjatuhan, menari-nari dihembus angin musim gugur yang dingin. Di taman istana terpencil itu, berdiri seorang wanita bernama Meixue. Dahulu, ia adalah putri mahkota yang dimanjakan, bunga terindah di seluruh kerajaan. Sekarang? Ia hanyalah bayangan dari dirinya sendiri, seorang wanita yang jiwanya tercabik-cabik oleh cinta dan kekuasaan.

Cinta, yang dulu ia berikan sepenuh hati kepada Pangeran Yuanchen. Kekuasaan, yang ia perjuangkan demi ayahnya, demi kerajaannya. Tapi keduanya, dikhianati dengan keji. Yuanchen merebut tahta, membunuh ayahnya, dan membuangnya – sang putri – ke tempat terpencil ini, menyisakan luka menganga di hatinya.

Wajah Meixue pucat, namun matanya masih menyimpan bara api yang membara perlahan. Di balik kelembutan wajahnya, tersimpan keteguhan yang menakutkan. Di balik luka-lukanya, tersembunyi keindahan yang tak lekang oleh waktu. Ia adalah bunga teratai yang tumbuh di medan perang, akarnya mencengkeram kuat di antara duri dan darah.

"Aku akan bangkit," bisiknya pada angin, suaranya serak tapi penuh tekad. "Aku akan merebut kembali apa yang menjadi milikku. Bukan dengan amarah membabi buta, tapi dengan ketenangan yang mematikan."

Hari-hari berlalu, diisi dengan latihan seni bela diri yang dulu ia abaikan, mempelajari strategi perang, dan mengasah kecerdasannya. Ia menggali informasi tentang Yuanchen, tentang kelemahan-kelemahannya, tentang para pendukungnya. Ia membangun jaringan rahasia, merekrut para loyalist yang masih setia pada mendiang raja.

Musim gugur berganti musim dingin. Salju turun dengan lebat, membungkus istana dalam keheningan yang menakutkan. Namun, di balik dinding dingin itu, Meixue menempa dirinya menjadi senjata yang sempurna. Ia belajar mengendalikan emosinya, menutupi luka-lukanya dengan senyum dingin.

Saat yang dinantikan tiba. Di malam Tahun Baru, saat seluruh istana larut dalam perayaan, Meixue dan pasukannya menyerbu. Pertempuran sengit tak terhindarkan. Darah membasahi salju, pedang beradu dengan suara memekakkan telinga. Meixue, dengan anggun namun mematikan, menebas jalan menuju Yuanchen.

Ketika mereka akhirnya berhadapan, Yuanchen menatapnya dengan keterkejutan dan ketakutan. "Meixue… bagaimana mungkin…?"

Meixue tersenyum tipis. "Kau meremehkanku, Yuanchen. Kau pikir bisa mematahkan semangatku dengan kekuasaanmu. Kau salah." Ia mengangkat pedangnya, bayangan api menari di matanya. "Kau datang di musim gugur, tapi kau akan mati di musim dingin yang kau ciptakan sendiri."

Dengan satu gerakan cepat, ia menebas Yuanchen. Tahta itu jatuh, bukan karena amarah, bukan karena dendam buta, tapi karena perhitungan yang dingin dan keadilan yang tertunda.

Meixue melangkah menuju tahta, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Ia kini bukan lagi seorang putri yang terluka, bukan lagi seorang wanita yang ditinggalkan. Ia adalah Ratu.

Dan, setelah semua yang ia lalui, ia menyadari bahwa mahkota sejati yang selama ini ia cari... adalah dirinya sendiri.

You Might Also Like: Indulge In Festive Flavor Of Costcos

Post a Comment