Wajib Baca! Seribu Tahun Aku Menunggumu, Tapi Kau Datang Membawa Peti Matiku

Hujan berbisik di atas nisan batu, airnya meluncur pelan, serupa air mata yang tak pernah kering. Seribu tahun. Mungkin terasa seperti itu, ketika aku, Lin Wei, menanti di antara dunia yang terlihat dan yang tak kasat mata. Dunia yang ditinggalkan, dunia yang tak pernah benar-benar menerima kedatanganku.

Dulu, aku manusia. Sekarang, aku hanyalah bayangan yang menolak pergi, aroma lavender yang tertinggal di balik kain sutra usang. Aku kembali, bukan karena rindu dunia fana, tapi karena ada kebenaran yang tertinggal, seperti janji yang tak terucap, seperti melodi yang terputus di tengah nada TINGGI.

Istana megah ini, dulu saksi bisu cinta dan pengkhianatan, kini hanya dipenuhi debu dan keheningan yang mencekam. Setiap sudutnya menyimpan kenangan, aroma teh melati kesukaan Kaisar, tawa renyah Putri Mei, dan… tatapan dinginnya.

Ah, Kaisar. Suamiku, raja yang dicintai rakyatnya, namun menyimpan rahasia kelam di balik senyumnya. Aku mencintainya, SEMPURNANYA, bahkan setelah dia menjatuhkan vonis pengkhianatan padaku. Vonis yang membawaku ke liang lahat sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata pembelaan pun.

Kini, dia datang. Bukan menjenguk makamku, tapi membawa peti mati. Peti mati yang bukan untukku. Peti mati untuk Putri Mei, adikku sendiri.

Hatiku remuk, bukan karena cemburu, tapi karena aku tahu… ini bukan kecelakaan. Bayangan gelap yang mengelilingi Kaisar semakin pekat, aura jahatnya terasa bahkan olehku, roh yang seharusnya sudah terbebas dari emosi duniawi.

Aku mengikuti Kaisar, seperti benang tak kasat mata yang terentang antara dunia hidup dan mati. Aku melihat dia berlutut di depan peti mati Putri Mei, air matanya tulus. Tapi aku tahu, air mata itu hanyalah topeng.

Aku melihat ke masa lalu, melalui sisa-sisa ingatan yang tertinggal di setiap sudut istana. Kepingan demi kepingan, puzzle masa lalu mulai tersusun. Kaisar bukan hanya mencintai Putri Mei, tapi terobsesi. Obsesi yang membuatnya gelap mata, menganggapku penghalang cintanya.

Dia menjebakku, menyebarkan fitnah, dan akhirnya, mengirimku ke kematian. Lalu, dia menyingkirkan Putri Mei, karena dia menolak cintanya yang gila.

Aku seharusnya marah. Aku seharusnya membalas dendam. Tapi, melihat Kaisar yang kini hancur, diliputi penyesalan yang tak berujung, aku merasakan sesuatu yang aneh. Bukan dendam, tapi… iba.

Aku tidak mencari pembalasan. Aku mencari kedamaian. Kedamaian untuk diriku, untuk Putri Mei, dan bahkan untuk Kaisar yang tersesat.

Dengan sisa kekuatanku, aku mengirimkan bisikan ke dalam mimpinya. Bukan kutukan, tapi penyesalan. Bukan ancaman, tapi harapan. Harapan agar dia menemukan jalan kembali ke cahaya.

Dan ketika fajar menyingsing, aku tahu tugasku telah selesai. Bayanganku mulai memudar, aroma lavender semakin menipis. Aku akan pergi, meninggalkan dunia ini dengan hati yang ringan.

Peti matinya... bukan untukku... itu simbol dari masa lalu yang terkubur.

Dan, aku baru saja tersenyum untuk terakhir kalinya…

You Might Also Like: Reseller Kosmetik Reseller Dropship

OldestNewer

Post a Comment