Endingnya Gini! Kau Datang Di Tengah Upacara, Dan Aku Lupa Siapa Pengantinnya

Kabut ungu berarak di pelataran Taiye, selembut sutra yang terurai dari mimpi kaisar. Aroma dupa cendana berpadu dengan wangi lotus yang memabukkan, mengantarkan jiwa ke alam antara sadar dan lena. Hari itu adalah hari pernikahan agung, hari di mana sungai takdir dua keluarga terhormat akan bersatu, mengalirkan kemakmuran bagi seluruh negeri.

Aku berdiri di antara barisan abdi dalem yang khidmat, sorot mataku redup, menyembunyikan badai yang bergejolak di dalam dada. Gaun sutra merah marunku terasa berat, bagai beban dosa yang tak terampunkan. Musik guzheng mengalun syahdu, namun bagiku terdengar seperti ratapan jiwa-jiwa yang tersesat.

Lalu, di tengah upacara yang sakral, di saat seluruh mata tertuju pada calon mempelai pria yang gagah perkasa, DIA datang.

Bukan dengan kereta kencana atau arak-arakan megah. Bukan pula dengan pedang terhunus atau panji-panji perang. Dia datang bagai angin musim semi yang tiba-tiba bertiup di tengah musim dingin yang membekukan.

Dia datang dengan jubah putih bersih yang berkibar tertiup angin, rambutnya tergerai panjang bagai air terjun perak di bawah rembulan. Matanya… matanya bagai samudra yang menyimpan ribuan rahasia, menatapku dengan intensitas yang membuatku lupa bagaimana caranya bernapas.

Suara gemuruh di telingaku semakin keras. Aroma dupa dan lotus memudar, digantikan oleh wangi sandalwood yang familiar, wangi yang hanya bisa kutemukan di mimiku.

LUPA. Aku lupa siapa pengantinnya. Lupa di mana aku berada. Lupa siapa aku.

Yang kutahu hanyalah tatapan matanya yang menghipnotis, senyum tipisnya yang memabukkan, dan desiran aneh di dadaku yang terasa seperti terbang.

Dia melangkah mendekat, melewati kerumunan yang terkejut dan membisu, seolah tak melihat keberadaan mereka. Langkahnya ringan, bagai bayangan yang menari di atas air.

Di saat jarak kami hanya tinggal seutas benang sutra, dia berbisik, suaranya selembut belaian sutra, "Yue Lian…"

Namaku. Dia menyebut namaku. Nama yang sudah lama terkubur di kedalaman hatiku. Nama yang hanya dia yang tahu.

Saat itulah, segalanya berputar. Kabut ungu menebal, menelan seluruh pelataran Taiye. Musik guzheng berhenti, digantikan oleh keheningan yang memekakkan telinga.

Dan aku ingat.

Aku ingat bunga plum blossom yang mekar di musim salju, di bawah pohon itulah kami pertama kali bertemu. Aku ingat sungai yang berkilauan di bawah sinar rembulan, di tepinya kami mengukir janji abadi. Aku ingat malam-malam yang penuh bintang, di saat kami berbagi mimpi dan rahasia.

Aku ingat… dia bukan hanya kekasihku. Dia adalah… bayanganku.

Dia adalah jiwa yang terbelah, terpisah di antara dua dunia, terperangkap dalam dimensi waktu yang terlupakan. Dia adalah ilusi, hantu dari masa lalu, proyeksi dari kerinduan hatiku yang terdalam.

Dia adalah… diriku yang telah hilang.

Air mata mengalir membasahi pipiku. Keindahan momen itu justru menorehkan luka yang lebih dalam. Aku mencintai bayanganku sendiri, mencintai mimpi yang tak mungkin menjadi kenyataan.

Dia tersenyum, senyum pahit yang menyayat hati. "Kau harus melepaskan, Yue Lian…"

Kemudian, dia menghilang, lenyap bagai asap yang tertiup angin. Meninggalkanku di tengah upacara pernikahan, di pelataran Taiye yang sunyi.

Siapa pengantinnya? Aku tetap lupa. Tapi sekarang, aku tahu siapa yang hatiku rindukan.

Apakah kau masih mengingat janji kita di bawah pohon plum blossom itu?

You Might Also Like: 5 Rahasia Arti Mimpi Menemukan Anjing

OlderNewest

Post a Comment